LIVING without MONEY

Living Without Money

Kali ini postingan blognoerhikmat mengupas satu tema kehidupan yang telah dibuat film dokumenternya dengan judul “LIVING without MONEY “, sebuah kisah nyata seorang nenek yang bernama Heidemerie Schwermer (69 tahun), mempunyai dua anak dan seorang cucu. Selama 16 tahun nenek Schwermer telah melakukan pengembaraan hidupnya tanpa uang dan ini yang membuat  pihak EIE Film & DHALCHOWS berminat untuk mengangkat kisah nyata ini, dengan besutan sutradara Line Havorsen.

Pada awalnya Schwermer melakukan percobaan hidup tanpa uang ini di tahun 1996, ia seorang  mantan guru sekolah dan psikoterapis.  Sebagai seorang anak ia mengalami kekurangan dalam sebagai pengungsi melarikan diri dari pasukan Rusia selama Perang Dunia II. Keluarganya melarikan diri ke  Prusia Timur dan berakhir di Jerman “tanpa uang sepeser pun.”  Schwermer selalu merasakan belas kasih dan empati bagi masyarakat tunawisma di kota Dortmund di mana ia menetap sebagai orang dewasa.

Dua tahun sebelum dia mulai hidup sepenuhnya tanpa uang, Schwermer telah membuka toko Tauschring – toko barter – di mana orang bisa barter barang dan jasa. Misalnya seorang konsumen datang ke Tauschring dan berminat sebuah jam dinding maka konsumen tersebut tidak harus membelinya, cukup barter dengan barang yang dia bawa untuk ditawarkan atau berupa jasa.

Pada akhirnya ia mencoba untuk hidup tanpa uang, walau pada awalnya, teman-temannya bingung dan dua putri dewasa  kaget. Schwermer tinggal nomadically, berkebun perdagangan, membersihkan, dan bahkan sesi terapi untuk makanan dan tempat untuk tidur. Sehingga model kehidupan tersebut dia memahami sebagai :

“Hidup tanpa uang memberi saya kualitas hidup, kekayaan batin, dan kebebasan.”

Pengalaman hidupnya tanpa uang oleh Schwermer telah ditulis menjadi tiga buku yang mengispirasi. Schwermer pun untuk urusan royalti bukunya dia serahkan sepenuhnya untuk amal!!.

Film dokumenter LIVING without MONEY, menurut Halvorsen menjadi sebuah film yang mengispirasi dari  seorang nenek  Schwermer dan  menjadi satu perenungan mendalam.  Dia menjelaskan, “Film ini tidak mengajarkan Anda bagaimana untuk hidup tanpa uang, tetapi adalah potret seorang wanita yang telah membuat pilihan yang sangat berani dan inspiratif.”

Yang jelas pola kehidupan ini akan banyak menuai kontroversi, ataupun pasti ada sahabat bloger yang membandingkan standar hidup di jerman dengan di kita. Tapi dari semua itu ada pelajaran yang boleh kita garis bawahi, bila kita memang masih butuh uang :

” Bagaiman pilihan hidup kita, apakah bekerja untuk uang atau uang bekerja untuk kita ???”

Sumber wacana :

http://shine.yahoo.com/work-money/german-grandmother-lives-money-free-never-happier-173900934.html


67 thoughts on “LIVING without MONEY

  1. keren ya, mirip-mirip gaya hidup minimalisnya leo babauta dari zen habits, padahal mungkin jaman nenek moyang juga hidupnya kayak gitu (barter, dll).. tapi mungkin nggak ya diterapkan saat ini, saat materialisme, hedonisme & konsumerisme merajalela?

  2. Kalau saya hidup tanpa uang….waduh nggak bisa ngebayangin nich. Menurut aku semakin tua zaman ini semakin berharga yang namanya uang. Sehingga boleh dibilang apa-apa harus menggunakan uang. Tanpa uang habislah kita…

  3. hehe…. jadi ingat dulu saat tinggal di sebuah pesantren di jombang sana, sering diri ini bener2 tanpa uang, HP juga belum ada, hehe… yang ada hanya beras saja, dimasak rame2 sama teman sekelompok masak, trus lauknya ambil terong di kebun pondok, dibakar, lalu dimakan dengan sambal…

  4. review yang bagus, mas noer. kisah nyata dalam film ini sungguh kontras dengan realitas yang terjadi pada zaman sakini. banyak orang yang rela menggadaikan kehormatan dan martabatnya sbg manusia demi uang.

    • terima kasih kunjungannya guru sawali….
      di zaman yang serba materialstis memang sepertinya mendapatkan uang, tahta dan martabat sudah menghiraukan nilai2 budi pekerti dan agama, sungguh situasi yang perlu untuk direnungkan dan diperbaiki….

  5. Postingannya bagus mas, inspiratif. Orang kayak nenek Schwermer bisa hidup tanpa uang, ini pasti karena dia punya kepribadian dan keyakinan yg kuat serta kemampuan komunikasi yg bagus kali mas ya…

  6. sangat sulit juga sih buat masyarakat perkotaan jika harus hidup tanpa uang 😦
    tapi di dunia ini tidak ada yang tidak mungkin jika kita usaha 😀

    salam hangat kang.
    moga kabarnya baik 😀

    • kita memang masih butuh uang,……tapi masalahnya jika kita kekurangan uang, bukan berarti nikmatNYA tidak ada dan masih banyak lagi yang bisa dikerjakan untuk hidup…..
      btw kamana wae atuwh ???

      salam hanet juga 🙂
      blognoerhikmat

  7. nenek yg hebat..yg bisa memberi inspirasi kalau uang bukanlah segalanya dibandingkan dengn kualitas hidup, kekayaan batin, dan kebebasan..jempol buat nenek 🙂

  8. Filmya baguuuuusss…
    harus nonton!!!!

    tapi saya sendiri masih ga bisa hidup tanpa uang. bayar kos?makan?biaya kuliah?transport?
    hwuaaaaaa…..

  9. memberikan motivasi serta inspirasi dalam menjalani hidup mas..
    yg saya suka adalah ” Bagaimana pilihan hidup kita, apakah bekerja untuk uang atau uang bekerja untuk kita ???”
    it’s depend on our self.. 🙂
    salam persahabatan mas

  10. Hidup tanpa uang seperti Hidup tanpa Jaminan. Kita memang tidak tau apa yang akan terjadi esok. Tapi dengan adanya uang, setidaknya kita bisa merencanakan sesuatu.
    Hmmm… saya pingin tau yang dilakukan si Nenek hingga bisa bertahan.

    • Sepertinya nenek ini hidup di Jerman dengan jaring pengaman sosial yang mapan, atau memang filsafat barter jasa dengan kebutuhan pokonya si nenek ini berjalan lancar…..btw insight-nya buat saya adalah jangan terlalu mendewakan waktu untuk uang…

  11. pernah nonton ttg nenek ini di tv , kalaun mnrtku pribadi andai bisa spt nenek ini juga menyenangkan krn nggak melulu hrs tergantung sama uang, tentu kalau bisa ya, krn nggak semua bisa melakukannya

  12. Ping-balik: award the7shadow « senandung jiwa

    • sejarah bisa membuktikan kang, bahwa keserakahan dan ego telah menghancurkan sistem barter dan beralih ke sistem tukar dengan uang, tapi itu pun ternyata membawa peradaban dewa uang…, jadi nilai2 jujur, ikhlas dan saling memberi telah menjadi pelopor abadi dan pemenang dalam sistem tukar.

  13. kalau untuk anak jaman sekarang sepertinya susah menemukan seperti nenek itu, mungkin lebih baik ikut ortu ri pada kelaparan hehehe… tapi salut sih ma nenek itu, mudah – mudahan kita bisa mengambil hikmah dari nenek itu..

  14. Kadang saya berfikir untuk mencari uang sebanyak-banyaknya dan kemudian semua uang tersebut saya gunakan untuk membantu orang lain. Namun, sesederhana itu kah hidup ini? Sehingga manusia dapat hidup tanpa uang

  15. wow…luar biasa sob…!
    sudah hidup tanpa uang….trus memberikan royaltinyapun untuk program amal
    sebuah idealisme yang sangat sulit ditakar nalar pada jaman serba konsumtif sekarang ini…

  16. Bagaiman pilihan hidup kita, apakah bekerja untuk uang atau uang bekerja untuk kita ?

    Bekerja untuk ibadah dong… hehehe… :mrgreen: Perkara uang khan sudah ada sejak zaman dahulu sekali… bahkan para Nabi pun menggunakannya… yang jadi masalah bukanlah keberadaan uang, melainkan sikap kita dalam bekerja dan memanfaatkan uang tersebut. Apakah kita bekerja dengan ikhlas, apakah kita bisa memanfaatkan uang dengan sebaik-baiknya… menjadi orang yang dermawan, dan sebagainya…

    Saya pernah nonton film dokumenternya Mark Boyle… dulu pas masih SMA, pria yang juga hidup tanpa uang. Memang sepertinya sangat menarik… dan sangat menantang pula 😀 Tapi saat ini saya masih percaya bahwa uang, atau harta, masih diperlukan dalam menjaga keteraturan di dunia. Agak mengerikan rasanya membayangkan manusia tidak memiliki sebuah patokan yang baku dalam sistem jual-beli dan perdagangan, bisa-bisa kembali ke zaman Berburu-Meramu. (Yang, meskipun mungkin tidaklah buruk, adalah sebuah kemunduran zaman)

    Tapi, itu cuma opini saya sih.. 😛

    • Pendapat bagus dari mas Ahmad Alkadri …. 🙂
      Bekerja untuk ibadah itu mutlak, namun kalau tidak berdasarkan ibadah pada akhirnya sebuah perbudakan waktu untuk uang semata.
      Dalam situsi dunia sekarang yang serba materialistis, situasi pandangan hidup tanpa uang lebih memberi insight pada kita tentang perlunya nilai-nilai kepercayaan, kejujuran dan saling berbagi, yang tentunya semua ini tumbuh subur karena fondasi jiwa yang yang selalu terbasuh nilai-nilai agama yang kental…. 🙂

  17. ” Bagaiman pilihan hidup kita, apakah bekerja untuk uang atau uang bekerja untuk kita ???”
    kalimat yang pernah saya dengar dari seorang upline di bisnis investasi online…tergiur terus gabung akhirnya kecebur…
    nasib..

Tinggalkan Balasan ke Fauzan Mars Batalkan balasan